1. Pendahuluan
Pembentukan ASEM sebagai forum inter-regional bertujuan untuk mengembangkan hubungan kerjasama antara Eropa dan Asia. Pada satu sisi, ASEM adalah ekses dari kecenderungan pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik, perubahan konfigurasi peta politik dan perdagangan internasional serta meningkatnya peran Asia dalam pembangunan ekonomi kawasan, dimana hal ini merupakan faktor utama bagi para pemimpin Asia dan Eropa untuk saling bekerjasama dan mendirikan forum kerjasama ASEM.
Asia-Europe Meeting (ASEM) dibentuk di Bangkok, Maret 1996, saat KTT ASEM1. ASEM merupakan proses dialog yang kini beranggotakan 48 mitra, yakni 16 negara Asia terdiri dari 10 negara ASEAN ditambah 6 negara Asia lainnya yang disebut NESA (Northeast, and South Asia), yakni Jepang, Korea Selatan, China, India, Pakistan dan Mongolia serta ASEAN Secretariat, Rusia, Australia dan Selandia Baru. Keseluruhan ASEM-Asia beranggotakan 17 mitra. Sedangkan ASEM-Eropa diwakili oleh 28 mitra, terdiri dari 27 negara anggota UE ditambah Komisi Eropa.
Gabungan dua kawasan ini memiliki potensi sangat besar untuk memajukan keseimbangan tata dunia baru, perdamaian dunia, dan meningkatkan kesejahteraan penduduk yang mencapai lebih dari 3 milyar orang, serta meningkatkan persahabatan melalui saling mengenal dan saling pengertian antara penduduk kedua kawasan dimaksud yang dikenal memiliki peradaban sangat tinggi di dunia. Hubungan “unik” ini pula yang mendorong spirit “unity in diversity” di kalangan para mitra.
Dengan potensi yang dimiliki negara-negara Asia dan Eropa dalam kerjasama ASEM, Indonesia mengharapkan pada dekade kedua ini agenda ASEM selain terus mengedepankan proses dialog juga semakin menekankan kerjasama yang lebih konkrit (action oriented) dengan berasaskan kesetaraan dan saling menguntungkan.
2. Sejarah Singkat
a. Latar Belakang Politik
Berakhirnya perang dingin yang ditandai disintegrasi Uni Soviet pada awal dekade 1990, membawa konsekuensi besar dalam hubungan internasional. Kedekatan ideologis, seperti yang terjadi pada masa–masa sebelumnya, tidak lagi menjadi pertimbangan penting manakala negara–negara ataupun kelompok–kelompok negara memutuskan untuk menjalin maupun meningkatkan hubungannya satu sama lain. Berbagai negara dengan berbagai latar belakang ideologi dan politik selanjutnya dapat bekerjasama secara intensif guna mencapai kepentingan nasional mereka masing–masing. Pembentukan ASEM pada 1996 juga tidak memperhatikan latar belakang ideologi dan politik para anggotanya.
Pembentukan ASEM dilatarbelakangi pula oleh kesadaran akan adanya hubungan yang kurang erat antara Asia dengan Eropa apabila dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa yang telah terjalin melalui kerjasama Trans-Atlantik, dan Amerika Utara dengan Asia dalam kerangka Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Tuntutan kepentingan strategis untuk membangun kerangka kerjasama dalam berbagai bidang prioritas di tengah proses perubahan yang begitu cepat dan persaingan yang semakin ketat juga menjadi dorongan untuk pembentukan kerjasama ASEM. Proses kerjasama dalam kerangka ASEM mencerminkan sebuah evolusi menuju suatu kemitraan yang seimbang dan sejajar.
b. Latar Belakang Ekonomi
Setelah ME dan ASEAN terbentuk, baru pada 1974, kedua organisasi ini berhubungan secara resmi dengan ditandatanganinya Joint ASEAN–EC Study Group. Joint Study Group ini mengadakan pertemuan tiap tahun dengan maksud meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan kedua belah pihak. Melalui Joint Study Group ini pula ME ikut membiayai sejumlah kegiatan ASEAN, seperti proyek integrasi regional, promosi perdagangan ASEAN di Eropa, seminar peningkatan investasi asing, pembangunan fasilitas pelabuhan ASEAN. Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1978, dengan maksud meningkatkan kerjasama kedua belah pihak, ME dengan ASEAN sepakat mengadakan ASEAN –EC Foreign Minister Meeting yang diadakan sekali dalam dua tahun.
Pada perkembangannya, keanggotaan UE dalam ARF juga membuktikan bahwa Eropa makin memberikan perhatian semakin besar terhadap Asia. Perhatian UE terhadap negara–negara Asia (ASEAN) ini mengalami perkembangan cukup pesat sejak dekade 1980an. Ada beberapa alasan mengapa Eropa meningkatkan perhatiannya terhadap Asia. Pertama, kemajuan ekonomi Asia. Salah satu negara Asia yang berhasil mengembangkan perekonomian nasionalnya, dengan jalan melakukan industrialisasi, paska PDII adalah Jepang. Keberhasilan Jepang dengan strategi ”state–led export” nya, diikuti dengan keberhasilan negara –negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan, Singapura dan Hongkong, dalam membangun perekonomian nasionalnya. Bila mereka sering dijuluki sebagai ”the Newly Industrializing Countries”, maka ada lagi julukan ”the New Tigers of Asia” bagi Malaysia, Thailand, Indonesia, Philipina dan China. Dalam perkembangan selanjutnya, India juga mengalami perkembangan ekonomi yang serupa. Perkembangan ekonomi yang terjadi di banyak negara Asia ini telah menarik perhatian Eropa untuk meningkatkan hubungan di sektor perdagangan dan jasa dengan mereka perlu ditingkatkan.
Kedua, kekhawatiran akan APEC. Pada tahun 1989, 12 negara dari kawasan Asia dan Pasifik membentuk suatu forum kerjasama yang disebut Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Dalam perkembangannya, Eropa (UE) merasa terancam dengan keberadaan APEC. UE mulai khawatir akan kehadirannya di Asia yang semakin tertinggal dibanding Amerika Serikat. Karena itu UE berupaya mengokohkan pijakannya di Asia. Untuk terpenuhinya tujuan ini, UE pertama kali mendekati ASEAN yang dalam pandangannya memiliki pengaruh yang cukup penting di kalangan negara–negara Asia sebagai suatu organisasi kerjasama regional. Melalui kerjasama dengan ASEAN, UE berharap bisa memperoleh pijakan yang cukup kuat untuk bekerjasama dengan negara–negara Asia lainnya. Lagi pula, dengan kerjasama itu, UE berharap dapat mencegah upaya dominasi Amerika Serikat, Jepang maupun China di benua Asia.
Ketiga, penyusunan strategi baru. Pada 1994 UE menyusun strategi berjudul ”Towards a New Asia Strategy”, yang memuat ramalan Bank Dunia bahwa separuh dari pertumbuhan ekonomi global berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Kemampuan ekonomi Asia yang meningkat secara signifikan tentu akan meningkatkan peranan mereka dalam masalah–masalah dunia. Oleh karena alasan itulah, maka Uni Eropa semenjak itu perlu memberikan prioritas yang lebih tinggi kepada Asia dari pada masa-masa sebelumnya.
c. Latar Belakang Sosial dan Budaya
Karakter anggota ASEM yang berbeda ideologi politik, kemampuan ekonomi dan kekayaan sosial budaya merupakan keunikan tersendiri. Ke-bhineka-an itu telah diterima sebagai fakta budaya dari ikatan Asia dan Eropa. Selain itu, Asia dan Eropa mempunyai ikatan sejarah yang sangat panjang, sekalipun sebagian besar merupakan kenangan pahit di masa penjajahan. Filipina menjadi jajahan Spanyol di abad ke 16. Indonesia menjadi jajahan Belanda pada abad ke 17. Malaysia menjadi jajahan Inggris di abad ke 18. Singapura juga koloni-dagang Inggris di awal abad ke 19, begitu pula Myanmar dan India. Cambodia, Laos, dan Vietnam merupakan bagian dari Indocina-Perancis pada abad ke 19. Perang Candu antara China dengan Inggris, dan kemudian dengan Perancis, juga di abad ke 19, merupakan konflik ekonomi yang diperparah oleh perbedaan-perbedaan budaya.
Terlepas dari sisi pahit ikatan sejarah tersebut, hubungan yang panjang merupakan modal penting bagi masyarakat di Asia dan Eropa untuk saling memahami dan bekerja sama. Sebagai bukti, sejak era penjajahan, banyak orientalist Eropa yang mengembangkan ilmu tentang Asia, sementara itu pusat-pusat kajian Asia juga berkembang pesat di Eropa. Sebaliknya, masyarakat di Asia juga telah menyerap berbagai aspek budaya Eropa, termasuk dalam masalah bahasa maupun struktur sosial-politik. Misalnya, bentuk Republik merupakan pilihan favorit dari negara-negara yang baru merdeka di kawasan Asia. Dengan modal ikatan budaya berabad-abad itu, ASEM mempunyai peluang besar untuk membangun saling pengertian dan kerjasama multi-budaya Asia-Eropa demi tercapainya perdamaian kawasan dan perdamaian dunia.
3. Proses ASEM
Apa yang dimaksud dengan proses ASEM merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana suatu keputusan diambil bersama para anggota ASEM. Sebagai sebuah forum dialog, proses ASEM bekerja berdasarkan konsensus dasar untuk membangun suatu kemitraan baru yang komprehensif bagi pertumbuhan yang lebih besar dalam semangat kesetaraan dan saling menguntungkan. Namun demikian, rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan bersifat tidak mengikat (non binding). Selain itu, ASEM juga berfungsi melengkapi proses kerja yang telah dilakukan dalam forum bilateral dan multilateral yang sudah ada. Sehingga terdapat keterkaitan antara rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dengan kesepakatan-kesepakatan yang sudah ada sebelumnya dalam forum yang lain.
Singkatnya, ASEM bekerja berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, yakni informalitas: menekankan pada proses, bukan formalitas; multidimensional: memberikan bobot yang sama pada bidang politik, ekonomi, budaya dan bidang-bidang lainnya; kemitraan yang setara dalam menciptakan proses dialog dan kerjasama yang lebih luas; dan unity in diversity, mengakui keberagaman budaya yang ada di Asia dan Eropa sebagai aset dialog dan kerjasama.
ASEM Machinery
Dalam konstruksi organisasinya, ASEM memiliki 3 pilar utama dalam kerjasamanya, yaitu (1) politik-keamanan, (2) ekonomi-perdagangan-investasi, dan (3) budaya serta bidang-bidang lainnya. Ketiga pilar ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerjasama kedua wilayah berdasarkan sikap saling menghargai dan kemitraan yang setara. Sebagai contoh, proses ASEM ini juga membahas isu-isu yang menjadi kepentingan bersama di kedua wilayah, seperti reformasi PBB, senjata pemusnah massal, terorisme, migrasi, negosiasi WTO, dan lain-lain.
Pertemuan KTT ASEM dilakukan dua tahun sekali secara bergantian di benua Asia dan benua Eropa. KTT merupakan media dialog tertinggi yang dihadiri Kepala Negara/ Pemerintahan mitra ASEM. Setelah di Bangkok (1996), KTT selanjutnya diadakan di London (1998), Seoul (2000), Copenhagen (2002), Hanoi (2004), Helsinki (2006), dan Beijing (2008).
Dalam proses perkembangannya mitra ASEM terus bertambah. Pada KTT ASEM5 di Hanoi, 8-9 Oktober 2004, keanggotaan ASEM diperluas mencakup 10 negara anggota UE baru dan 3 negara ASEAN, yakni: Siprus, Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia, Slovenia, Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Pada KTT ASEM6 di Helsinki, Finlandia, 10-11 September 2006, anggota ASEM bertambah menjadi 45 mitra, terdiri dari 17 mitraAsia (negara-negara anggota ASEAN ditambah Jepang, RRC, Republik Korea, India, Pakistan, Mongolia, dan ASEAN Secretariat) dan 28 mitra Eropa (UE + Komisi Eropa).
Pada peringatan 10 tahun ASEM sekaligus pelaksanaan KTT ASEM6, para pemimpin ASEM sepakat memfokuskan agenda utama kerjasama, antara lain: substantive areas of cooperation, memperkuat institutional mechanism, dan perluasan keanggotaan. Diharapkan mitra ASEM dapat mengusung inisiatif-inisiatif kerjasama ASEM ke arah yang lebih konkrit. sebagai gambaran, selama 10 tahun pertama, ASEM telah melaksanakan 107 inisiatif kerjasama, masing-masing 12 inisiatif di Pilar 1 (politik dan keamanan), 51 inisiatif di Pilar 2 (ekonomi-perdagangan), dan 44 inisiatif di Pilar 3 (sosial budaya).
Pada KTT ASEM7 yang dilaksanakan di Beijing pada 24-25 Oktober 2008, para pemimpin sepakat untuk memfokuskan pada empat agenda utama pada International Economic and Financial Situation, Global Issues (food security, disaster preparedness and management, dll), Driving Sustainable Development, dan Deepening Dialogue among Civilization. Untuk agenda pertama, yaitu International Economic and Financial Situation, menunjukkan sikap mitra ASEM yang tanggap dan concern dalam menghadapi masalah-masalah global yang mendesak. KTT ASEM7 menghasilkan 3 deklarasi, yaitu Beijing Declaration on Sustainable Development, Statement of the Seventh ASEM Summit on International Economic and Financial Situation, dan Chair’s Statement.
KTT ASEM ke-8 diselenggarakan di Brussels, 4-5 Oktober 2010. Pertemuan yang mengangkat tema “Quality of Life ditandai dengan penerimaan secara formal Rusia, Australia dan Selandia Baru. Dengan demikian membawa jumlah negara mitra ASEM menjadi 46 ditambah ASEAN Secretariat dan Komisi Eropa.
Pertemuan telah membahas sejumlah topik yang menjadi kepentingan bersama negara mitra ASEM, termasuk “global economic and financial governance”. Alokasi waktu yang cukup banyak bagi topik dimaksud menunjukan menunjukan perhatian yang tinggi yang dimiliki oleh negara mitra dan komitmen mereka untuk bekerjasama dalam menghadapi isu tersebut.
ASEM8 telah menghasilkan 2 dokumen yaitu “Chair Statement of the Eight ASEM Summit” dan “Brussels Declaration on More Effective Economic Global Governance”.
Di bawah KTT, proses ASEM dilaksanakan dalam pertemuan setingkat menteri dan pertemuan para pejabat tinggi (Senior Officials Meeting, SOM), sebagai berikut:
a. ASEM Foreign Ministers Meeting (FMM), dilakukan dua tahun sekali di sela-sela tahun pelaksanaan KTT. Pertemuan ini bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan proses dialog ASEM dan apa yang telah dimandatkan para pemimpin ASEM dalam KTT, khususnya pilar pertama (dialog politik dan keamanan regional serta internasional). ASEM FMM9 terakhir dilaksanakan di Hanoi, Vietnam, Mei 2009, dan yang akan datang akan dilaksanakan di Hongaria pada tahun 2011.
b. ASEM Senior Officials' Meeting (SOM) dilakukan minimum dua kali setahun guna melaksanakan mandat FMM dan memberi masukan untuk ASEM FMM selanjutnya.
c. Sejak beberapa tahun terakhir, kerjasama ASEM di ketiga pilar terus berkembang, khususnya penyelenggaraan pertemuan tingkat menteri yang menelurkan banyak inisiatif kerjasama, antara lain:
- Pertemuan Menteri Keuangan ASEM bertemu dua tahun sekali, terakhir di Madrid, Spanyol, 17-18 April 2010. Selain itu, dilakukan pula ASEM Deputies Finance Ministers Meeting yang juga bertemu dua tahun sekali dan melaporkan hasil-hasilnya kepada FinMM.
- Pertemuan Menteri Ekonomi ASEM dilakukan dua tahun sekali dan terakhir dilakukan di Rotterdam (2005). Indonesia direncanakan untuk menjadi tuan rumah pertemuan EMM ke-7 di tahun 2007/2008, akan tetapi penyelenggaraan EMM ke-7 di Indonesia telah dibatalkan karena kurangnya partisipasi mitra ASEM dalam kegiatan ini.
- Pertemuan Menteri Kebudayaan ASEM, dilaksanakan dua tahun sekali. Pertama kali diadakan di Beijing (2003), kemudian di Paris (2005), Kuala Lumpur (2008), dan terakhir telah dilaksanakan di Poznan, Polandia, 8-10 September 2010. Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan 5th ASEM CMM pada tahun 2012.
- Pertemuan Menteri Lingkungan Hidup ASEM, dilaksanakan dua tahun sekali dan terakhir dilakukan di Kopenhagen (2007), setelah sebelumnya di Lanzarotte, Spanyol (2003) dan di Beijing (2001).
- Pertemuan Menteri Informasi dan Komunikasi ASEM, dilaksanakan dua tahun sekali dan pertama dilakukan di Hanoi (2006). Pada SOM ICT yang dilaksanakan di kantor Komisi Eropa di Brussels akhir tahun 2007 ditetapkan Laos sebagai tuan rumah berikutnya pada tahun 2008, akan tetapi pertemuan tingkat menteri ini dibatalkan oleh pihak tuan rumah.
- Pertemuan Menteri Tenaga Kerja ASEM, dilaksanakan dua tahun sekali dan pertama dilakukan di Berlin (2006) kemudian di Denpasar, Bali (2008) yang mengambil tema “More and Better Jobs – Strategic Cooperation and Partnership to Promote Decent Work and Global Labour Market to our Mutual Benefit” dan telah menghasilkan Bali Declaration. Pertemuan terakhir dilaksanakan di Leiden, Belanda, 13-14 Desember 2010.
- Pertemuan Menteri Pendidikan ASEM dilaksanakan setahun sekali dan pertemuan pertama dilakukan di Berlin (2008), dilanjutkan dengan pertemuan kedua pada tanggal 13 – 15 Mei 2009 di Hanoi, Vietnam, serta pertemuan ketiga yang akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 Mei 2011 di Kopenhagen, Denmark.
- Pertemuan Menteri Pendidikan ASEM dilaksanakan setahun sekali dan pertemuan pertama dilakukan di Berlin (2008), dilanjutkan dengan pertemuan kedua pada tanggal 13 – 15 Mei 2009 di Hanoi, Vietnam, serta pertemuan ketiga yang akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 Mei 2011 di Kopenhagen, Denmark.
- Beberapa pertemuan tingkat Menteri ASEM untuk pertama kalinya dilaksanakan adalah:
(i) Pertemuan Menteri Energi ASEM untuk pertama kalinya diadakan di Brussels, Belgia, pada tanggal 17 – 18 Juni 2009.
(ii) Pertemuan Menteri Transportasi/ Perhubungan ASEM untuk pertama kalinya diadakan di Lithuania pada tanggal 18 – 20 Oktober 2009.
d. Beberapa pertemuan SOM di bawah pertemuan menteri juga rutin dilaksanakan seperti SOM bidang perdagangan dan investasi (SOM Trade and Investment, SOMTI) dilakukan dua kali setahun dan melaporkan hasil-hasilnya kepada ASEM Economic Ministers’ Meeting. Pada tahun 2008 SOMTI diadakan di Maribor, Slovenia, pada tanggal 15-16 April 2008 yang membahas beberapa isu pokok dibawah pilar kerjasama ekonomi ASEM. Sebagaimana mandat KTT ASEM8, maka pertemuan berikutnya akan dilaksanakan pada awal tahun 2011 di Brussles, Belgia.
e. Asia-Europe Business Forum (AEBF) dilakukan tiap tahun mempertemukan pelaku bisnis kedua wilayah dan melaporkannya kepada KTT ASEM.
f. Berbagai pertemuan ASEM lainnya berupa Conference, Seminar, Workshop, Dialog, Forum, Training, Initiative dll. (seperti : Counter Terrorism, Biometrics, HIV/Aids, Energy Security, Migration, Interfaith dll).
ASEM tidak memiliki sekretariat. Menlu dan jajaran pejabat seniornya (SOM) melakukan tugas koordinasi dibantu oleh para koordinator ASEM (saat ini Laos untuk ASEM dan Jepang untuk ASEM-NESA, sedangkan Presidensi UE (Hongaria), dan Komisi UE merupakan koordinator Eropa). Indonesia pernah menjadi koordinator ASEM-ASEAN sejak KTT ASEM5 (2004) sampai dengan KTT ASEM6 (2006).
4. Perkembangan ASEM
Proses ASEM Memasuki Dekade Kedua
Sampai dengan tahun 2010, Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan berbagai program ASEM di ketiga pilarnya (politik, ekonomi, dan sosial budaya).
Di tahun 2008, dalam rangka mendorong peningkatan kerjasama konkrit ASEM, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri pada tahun 2008, yaitu Pertemuan Menteri Tenaga Kerja di Bali, 2008. Pertemuan ini menghasilkan Bali Declaration dan juga menghasilkan sejumlah tindak lanjut konkrit berupa insiatif proyek-proyek kerjasama.
Pada tahun 2008, kerjasama pada pilar sosial budaya juga telah digalakan, hal ini terlihat dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di bawah pilar tersebut, seperti the 4th ASEM Interfaith Dialogue di Amsterdam; the 3rd ASEM Cultural Ministers Meeting di Kuala Lumpur; the ASEM Education Ministers Meeting, di Berlin; the ASEM Tourism Forum, di Hanoi; the ASEM Seminar on Cultural Diversity di Hanoi. Dan untuk periode tahun 2009, sepertinya kegiatan dibawah pilar ini akan semakin digalakan.
Selanjutnya, sebagaimana disampaikan sebelumnya, hal yang menjadi perhatian Indonesia terhadap kerjasama ASEM terkait dengan upaya peningkatan kerjasama konkrit (action-oriented) yang saling menguntungkan, khususnya dalam bidang perdagangan dan investasi. Untuk itulah kemudian Indonesia berinisiatif untuk mendorong dialog yang lebih intensif guna meningkatkan kerjasama konkrit di ASEM, diantaranya melalui pelaksanaan pertemuan Menteri Tenaga Kerja dan Pertemuan Menteri Ekonomi di Indonesia pada tahun 2008. Namun sebagai akibat dari kurangnya jumlah partisipasi dari negara mitra ASEM telah dibatalkan.
Komitmen Indonesia untuk kerjasama konkrit ASEM dekade kedua antara lain juga difokuskan pada upaya untuk memperkuat UKM di kedua kawasan. Untuk itu Indonesia mendukung penuh dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan pertama tingkat menteri ASEM UKM yang berlangsung akhir Oktober 2007 di Beijing, juga mengikuti pameran produk UKM di Qingdao, China yang pelaksanaannya back to back dengan pertemuan tingkat menteri dimaksud. Selain itu Indonesia juga mengadakan Forum Dialog Pengembangan Potensi UKM Indonesia dalam kerangka ASEM di Banten pada 2007 yang lalu. Forum ini bertujuan untuk berbagi pengalaman di antara negara mitra ASEM dalam mengembangkan UKM di negaranya masing-masing.
Isu Perluasan ASEM 2008 - 2010
Isu perluasan ASEM pada tahun 2008 - 2010 telah kembali marak dengan permohonan partisipasi dari Australia dan Russia. Dalam pertemuan SOM sebelum KTT ASEM ke 7, China menyampaikan keinginan Australia dan Rusia untuk bergabung menjadi salah satu mitra ASEM. Sehubungan dengan hai ini, dalam Chair Statement, para pemimpin ASEM meminta para Menlu untuk membahas isu perluasan mitra dalam pertemuan yang akan datang.
Pertemuan Tingkat Menlu di Hanoi, 25 – 26 Mei 2009 telah menetapkan agar para SOM Leaders dapat menentukan modalites bagi penerimaan Rusia dan Australia secara formal dalam kerangka kerjasama ASEM pada KTT ASEM Ke-8, Brussels, 4 – 5 Oktober 2010 dan menentukan kriteria bagi perluasan ASEM di masa yang akan datang.
Indonesia dalam hal perluasan ASEM mendukung masuknya negara Asia dan Eropa mana pun, dengan pertimbangan bahwa partisipasi negara dimaksud akan membawa nilai positif bagi perkembangan forum. Namun, Indonesia menekankan bahwa partisipasi harus berdasarkan konsensus dari negara mitra dan tidak bersifat block-to-block.
Pertemuan ASEM SOM di Madrid, 25 Januari 2010 telah menghasilkan suatu pernyataan bersama SOM ASEM mengenai modalitas bagi penerimaan secara formal Australia dan Rusia serta perluasan ASEM selanjutnya yang pokok-pokoknya adalah:
Pertemuan ASEM SOM di Madrid, 25 Januari 2010 telah menghasilkan suatu pernyataan bersama SOM ASEM mengenai modalitas bagi penerimaan secara formal Australia dan Rusia serta perluasan ASEM selanjutnya yang pokok-pokoknya adalah:
a. ASEM SOM sepakat untuk membentuk “kategori ketiga” sebagai pengaturan sementara bagi penerimaan Australia dan Rusia;
b. ASEM akan mempertahankan mekanisme koordinasi kawasan yang terdiri atas 4 koordinator, 2 per kawasan;
c. SOM akan terus mengupayakan pemenuhan mandat FMM9, khususnya untuk menyusun kriteria, prinsip, dan prosedur bagi perluasan ASEM di masa mendatang berdasarkan Asia Europe Cooperation Framework (AECF) 2000.
Kategori ketiga sendiri merupakan usulan dari Singapura yang dimaksudkan untuk mengakomodasi negara-negara yang tidak sepenuhnya merupakan bagian dari Asia maupun Eropa. Kategori ketiga tidak diberikan nama khusus, bersifat sementara dan tidak menjadi precedence bagi perluasan ASEM di masa mendatang.
Pada bulan September 2009, Selandia Baru telah menyampaikan keinginannya untuk berpartisipasi dalam forum ASEM. Lebih lanjut, mengikuti ditetapkannya mekanisme kategori ketiga sebagai modalitas masuknya Australia dan Rusia secara formal pada forum ASEM, Selandia Baru kemudian menyampaikan keinginan untuk menggunakan koridor yang sama.
Pada pertemuan ASEM SOM di Brussels, 14-15 Juli 2010, mitra ASEM menyetujui untuk menerima Selandia baru melalui kategori ketiga pada KTT ASEM8 sebagaimana Australia dan Rusia.
Bangladesh pada bulan Agustus 2010 telah menyampaikan permohonan secara resmi untuk berpartisipasi dalam forum ASEM. Hal tersebut telah dibahas dalam Asian ASEM SOM, di Phnom Penh, 26-27 Agustus 2010. Secara prinsipil negara mitra Asia menyambut baik masuknya Bangladesh dalam ASEM namun karena waktunya yang terlalu dekat dengan KTT, maka penerimaan formal Bangladesh belum dapat di proses. Negara mitra ASEAN, termasuk Indonesia berpandangan bahwa diperlukan waktu bagi proses penerimaan suatu negara.
Pada pertemuan KTT ASEM ke-8 di Brussels, 4-5 Oktober 2010, Russia, Australia dan Selandia Baru telah diterima secara formal dalam forum ASEM.
Masuknya ketiga negara tersebut dipandang dapat menambah bobot dan pengaruh ASEM dalam kancah dunia internasional. Namun di sisi lain hal tersebut akan menjadi tantangan bagi ASEM untuk membuktikan diri menjadi forum yang efektif dalam mengembangkan kerjasama Asia dan Eropa serta menempatkan perannya di dunia internasional.
Masuknya ketiga negara tersebut dipandang dapat menambah bobot dan pengaruh ASEM dalam kancah dunia internasional. Namun di sisi lain hal tersebut akan menjadi tantangan bagi ASEM untuk membuktikan diri menjadi forum yang efektif dalam mengembangkan kerjasama Asia dan Eropa serta menempatkan perannya di dunia internasional.
5. ASEM dan Politik Luar Negeri RI
Bagi politik luar negeri Indonesia, ASEM merupakan “jembatan” yang dibangun untuk mengurangi celah (gap) antara kedua kawasan. ASEM juga merupakan salah satu media bagi Indonesia untuk memperkuat posisi diantara negara-negara Asia dalam bekerjasama dengan Eropa (UE). Kerjasama bidang ekonomi merupakan bidang yang terus diupayakan melalui ASEM. Guna mendukung upaya ini, maka telah dibentuk Asia Europe Business Forum (AEBF) dengan anggota para pelaku bisnis dari negara-negara ASEM. Antara AEBF dan forum resmi ASEM dilakukan dialog dengan harapan dicapai suatu keharmonisan antara pengambil kebijakan dengan pelaku bisnis.
ASEM antara lain juga dimanfaatkan sebagai media untuk penguatan kemampuan Indonesia dalam menghadapi peraturan/standar yang ditetapkan UE dan juga dalam menghadapi aturan-aturan WTO. Dalam kaitan inilah, Indonesia melakukan kerjasama dalam proyek yang dinamakan “Trade Related Technical Assistance” senilai kurang lebih 11 juta Euro dengan menggunakan hibah UE sebesar 10 juta Euro dan sisanya dibayar oleh kontribusi Indonesia, baik secara in kind maupun in cash.
Selain melalui forum ASEM, pelaksanaan kerjasama juga dilakukan melalui jalur bilateral sehingga terjadi kerjasama saling menguatkan dan melengkapi satu sama lain. Kerjasama dengan Italia di bidang UKM, misalnya, merupakan salah satu contoh kerjasama yang dilakukan.
Sementara itu, kerjasama di bidang sosial dan budaya merupakan satu pilar kerjasama yang digunakan Indonesia, antara lain guna meningkatkan SDM dan pemahaman mengenai keragaman budaya negara-negara anggota ASEM. Program yang telah berjalan saat ini antara lain interfaith dialogue, human rights seminar, networking antara universitas, pengiriman pemuda/mahasiswa dan lain-lain.
Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kerjasama konkrit dalam kerangka ASEM, pada tahun 2008-2010, Indonesia telah menjadi co-sponsor dan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program ASEM di ketiga pilarnya (politik, ekonomi dan sosial budaya).
Untuk periode tahun 2009, Indonesia telah menjadi tuan rumah dalam 3 (tiga) kegiatan ASEM, yakni ASEM Interfaith/ Intercultural Retreat for Religious Leaders, ASEM Seminar on Empowerment of Local Community in the use of ICT, dan ASEM Conference on Harmonization of Competency Standards.
Untuk periode tahun 2010, Indonesia telah menjadi tuan rumah bagi 4 (empat) kegiatan, yakni:
1. 2nd Preparatory Senior Official Meeting for the 4th ASEM Culture Ministers Meeting, Solo, 15-17 April 2010;
2. 2nd ASEM Development Conference, Yogyakarta, 26-27 Mei 2010;
3. ASEM Forum on Information Communication Technology Research and Development Cooperation, Bandung, 20-21 Juli 2010;
4. 1st ASEM Governors and Mayors Meeting, Jakarta, 27-29 Oktober 2010
Demi perkembangan forum, Indonesia akan terus memberikan partisipasi aktif dalam tiap inisiatif kegiatan yang diadakan para mitra ASEM. Melalui partisipasi tersebut diharapkan Indonesia akan dapat membuka peluang-peluang yang ada dalam proses ASEM, terutama dalam bidang-bidang kerjasama konkrit yang akan memberikan keuntungan bagi proses pembangunan dalam negeri.
0 comments:
Post a Comment